Kamis, 07 Oktober 2010

Gereja Katedral Semarang




Objek studi yang diteliti dalam penulisan skripsi ini adalah gereja Santa Maria Perawan Ratu Rosario Suci atau lebih dikenal sebagai gereja Katedral Semarang. Gereja ini terletak di pertemuan jalan Pandanaran dan Jl. Dokter Sutomo. Daerah ini juga dikenal dengan nama Randusari, sehingga gereja Katedral ini disebut juga gereja Randusari.
Gereja Katedral ini pertama kali didirikan pada tahun 1928, oleh seorang arsitek Belanda T.H. van Oyen dan anemer Kleiverda. Awalnya, gereja ini didirikan di tanah bekas gedung keseharan ”Dienst voor Volkgezondheid”. (gedung ini sekarang digunakan sebagai aula SD Bernadus, balai pengobatan YSS dan Bruderan FIC).
Gereja Katedral Semarang ini dipilih sebagai objek penelitian karena beberapa faktor. Pertama, gereja ini memiliki ragam wujud arsitektur yang berasal dari beberapa budaya, sehingga mencerminkan adanya perpaduan budaya pada daerah pesisir Utara Jawa. Kedua, gereja ini merupakan gereja keuskupan wilayah Semarang yang berarti merupakan pusat gereja Khatolik di wilayah Semarang. 
Pada gereja Katedral ini terdapat akulturasi dari 2 kebudayaan, yaitu kebudayaan Eropa dan kebudayaan Hindhu. Kebudaan tersebut tersirat dari bentuk-bentuk ornamen di dalam gereja tersebut. Bentuk massa bangunannya memberikan kesan Eropa yang kental, namun pada atapnya terdapat bentuk yang menyerupai atap meru dari Bali. Perpaduan ini menunjukkan adanya akulturasi budaya yang mencolok.